Jumat, 21 Mei 2010

PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

PASAL II

Tauhid Dalam Pengetahuan Dan Keyakinan
Oleh :
Dr.Nashir Ibn Abdul Karim Al’Aql

1. Prinsip dalam asma dan sifat Allooh adalah menetapkan apa yang ditetapkan Allooh untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tanpa tamsil ( mempersamakan atau menyerupakan Allooh dengan makhluk dalam asma dan sifatNya ) dan takyif ( mempertanyakan bagaimana sifat Allooh, atau menentukan bahwa sifat Allooh itu hakekatnya begini ). Juga menolak apa yang ditolak Allooh terhadap diriNya atau yang ditolak Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tanpa tahrif ( mengubah lafaz sifat atau menyelewengkan maknanya ) dan tanpa ta’thil ( mengingkari seluruh atau sebagian sifat Allooh ). Hal itu dengan mengimani makna dan arti yang dikandung oleh nash. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allooh Ta’ala:” ...Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.” ( Asy Syuura : 11 ).

2. Tamsil dan ta’thil dalam asma dan sifat Allooh adalah kufur. Tahrif yang disebut oleh ahli bid’ah sebagai ta’wil, ada yang kufur hukumnya seperti ta’wail orang-orang kebatinan, ada yang bid’ah dan kesesatan seperti ta’wil orang-orang yang tidak megakui sifat-sifat Allooh, dan ada pula yang terjadi karna kekeliruan.

3. Panthaisme dan kepercayaan bahwah Allooh bersemayan pada sesuatu makhlukNya atau bersatu dengannya adalah perbuatan kufur yang menyebabkan seseorang keluar dari islam.

4. Iman kepada malaikat yang mulia secara umum. Mengimaninya secara terinci adalah dengan mengimani apa yang telah dinyatakan oleh dalil, seperti nama-namanya, sifat-sifatnya dan tugas-tugasnya sesuai dengan ilmu yang dimiliki seseorang.

5. Iman kepada Kitab yang diturunkan Allooh. Mengimani sepenuhnya bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah Kitab yang termulia dan yang membatalkan keberlakuan Kitab-kitab lainnya. Kitab-kitab sebelum Al-Qur’an telah mengalami perubahan dan penyelewengan. Untuk itu kita wajib mengikuti Al-Qur’an dan tidak mengikuti Kitab sebelumnya.

6. Iman kepada Nabi dan Rasu Allooh. Semoga salwat dan salam dilimpahkan Allooh kepada mereka. Mereka adalah orang yang paling mulia. Barang siapa yang tidak berpendapat begitu maka dia termasuk kafir. Apa yang telah dinyatakan nash tentang mereka wajib diimani. Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah yang termulia, rasul terakhir dan diutusan Allooh untuk seluruh umat manusia.

7. Mengimani bahwa wahyu telah terputus semenjak wafatnya Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau adalah nabi dan rasul terakhir. Orang yang tidak berkeyakinan demikian adalah kafir.

8. Iman kepada hari akhir dan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya menurut berita yang benar, juga beriman pada tanda-tanda kiamat yang terjadi sebelumnya.

9. Iman kepada qadar yang baik dan yang buruk dari Allooh Ta’ala, yaitu dengan mengimani bahwa Allooh Ta’ala mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadi. Allooh telah menuliskannya dalam Lauh Mahfuzh.2) Yang dikehendakinya lah yang terjadi dan yang tidak dikendakinya tidak akan terjadi. Allooh Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Pencipta segala sesuatu, Yang Maha baebuat atas apa yang di kehendaki.

10. Iman kepada perkara-perkara gaib yang telah dinyatakan dalil yang shahih, seperti arsya’, surga, neraka, kenikmatan dan siksa kubur, adanya jembatan dan timbangan ( di hari akhirat ) dan lain-lain tanpa ta’wil sedikitpun.

11. Mengimani adanya safaat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan safaat para Nabi, Malaikat, Orang-orang sholeh serta yang lain pada hari kiamat, sebagaimana rinciannya disebutkan dalam nash-nash yang shohih.

12. Orang-orang yang beriman akan melihat Allooh pada hari kiamat di surga dan di mahsyar.3) Barang siapa mengingkari atau mena’wilkanya maka dia sesat dan menyipang dari kebenaran. Namun tidak ada seorangpun yang dapat melihat Allooh didunia.

13. Karomah para wali dan orang-orang sholeh benar-benar ada. Namun tidak setiap sesuatu yang luar biasa adalah karomah. Bisa jadi itu merupakan cobaan dari Allooh dan bisa pula merupakan pengaruh dari setan dan orang-orang jahat. Tolak ukur dalam hal ini adalah apakah hal itu sesuai atau tidak dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

14. Semua orang yang beriman adalah wali Allooh, dan diladam diri setiap orang yang beriman terdapat tingkat kewaliaan sesuai dengan tingkat keimannya.

--------------------------------------------------------
2) Lauh Mahfudz adalah Kitab yang tertulis didalamnya segala takdir makhluk dan apa yang terjadi dialam semesta .
3) Mahsyar adalah tempat dikumpulkannya seluruh makhluk dihari kiamat untuk menerima balasan amal perbuatannya .

PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

PRINSIP-PRINSIP AQIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

PASAL I

Kaidah Prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah Dalam Mengambil dan Menggunakan Dalil

Oleh : Dr.Nashir Ibn Abdul Karim Al’Aql

1. Sumber Aqidah adalah Kitab Allooh ( Al-Qur’an ), Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang shahih dan Ijma’ para Salaf yang shaleh.

2. Setiap sunnah shahih yang berasal dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam wajib diterima, Sekalipun tidak mutawatir atau ahad ( Hadits yang diriwayatkan oleh satu orang periwayat atau lebih, tetapi periwayatnya bukan dalam jumlah yang tak terhitung ).

3. Yang menjadi rujukan dalam memahami Kitab dan Sunnah adalah nash-nash ( Al-Qur’an dan Hadits ) yang menjelaskannya, Pemahaman Para salaf yang sholeh dan para imam yang mengikuti jejak mereka serta dilihat arti yang benar dari bahasa Arab. Namun jika hal tersebut sudah benar maka tidak dipertentangkan lagi dengan hal-hal yang hanya berupa kemungkinan sifatnya menurut bahasa.

4. Prinsip-prinsip utama dalam agama ( Ushuluddin ) semua telah dijelaskan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Siapapun tidak berhak mengadakan sesuatu yang baru, yang tidak ada sebelumnya, apalagi sampai mengatakan hal tersebut termasuk bagian dari agama.

5. Berserah diri dan patuh hanya kepada Allooh dan Rasul-Nya lahir dan batin. Tidak menolak sesuatu dari Kitab atau Sunnah yang shohih, baik dengan analogi, perasaan, Kasfy ( illuminasi, atau pengingkapan tabir rahasia sesuatu yang gaib ), Ucapan seorang syekh ataupun imam-imam, dan lain-lainnya.

6. Dalil akli yang benar akan sesuai dengan dalil nakli ( nash ) yang shohih. Sesuatu yang qath’i ( pasti ) dari kedua dalil itu tidak akan bertentangan. Apabila sepertinya ada pertentangan diantar kedua dalil itu, maka dalil nakli harus didahulukan.

7. Wajib untuk senantiasa menggunakan bahasa agama dalam aqidah dan menjahui bahasa bid’ah ( yang bertentang dengan sunnah ). Bahasa umum yang mengandung pengertian yang salah dan yang benar perlu dipertanyakan lebih lanjut mengenai pengertian yang dimaksud. Apabila yang dimaksud adalah pengertian yang benar maka perlu disebutkan dengan menggunakan bahasa agama ( syar’i ). Tetapi bila yang dimaksud adalah pengertian yang salah maka harus ditolak.

8. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah ma’shum ( dipelihara Allooh dari kesalahan ). Dan umat islam secara keseluruhan dijauhkan Allooh dari kesepakatan atas kesesatan. Namun secara individu, tidak ada seorang pun dari kita yang ma’shum. Jika ada perbedaan pendapat diantara para imam atau yang selain mereka maka perkara tersebut dikembalikan kepada Kitab dan Sunnah, dengan memaafkan orang yang keliru dan berprasangka baik bahwa dia adalah orang yang ber’ijtihad.

9. Ada diantara umat kita yang memperoleh bisikan dan ilham dari Allooh, ru’ya ( mimpi ) yang baik. Ini benar dan termasuk salah satu bagian dari kenabian. Firasat yang baik adalah benar, dan itu semua adalah karomah ( suatu kelebihan dan keluarbiasaan yang dikaruniakan Allooh kepada seorang wali )1) serta tanda baik dari Allooh asal dengan syarat tidak bertentangan dengan syriat dan tidak menjadi sumber aqidah maupun hukum.

10. Berdebat untuk menimbulkan keraguan dalam agama adalah perbuatan tercela. Tetapi berdebat dengan cara yang baik untuk mencari kebenaran di syaritkan. Perkara yang dilarang oleh nash untuk mendalaminya wajib diterima dan wajib menahan diri untuk mendalami sesuatu yang tidak dapat diketahui oleh seorang muslim. Seorang muslim harus menyarahkan pengetahuan tersebut keapada Yang Maha Mengetahui, yakni Allooh Shubahanahu Wa Ta’ala.

11. Kaum muslimin wajib senantiasa mengikiti manhaj ( metode ) Al-Qur’an dan Sunnah dalam menyampaikan sanggahan, dalam aqidah dan dalam menjelaskan suatu masalah. Karena itu bid’ah tidak boleh dibalas dangan bid’ah lagi, kekurangn dilawan dengan berlebih-lebihan, atau sebaliknya.

12. Setiap perkara baru yang tidak ada sebelumnya dalam agama adalah bid’ah. Setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan dalam neraka.
----------------------------------------------------------
1) Ciri karamah adalah orang yang mendapatkannya senantiasa istiqomah, bejalan di atas tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah.

Kamis, 20 Mei 2010

TAUHID (HAKEKAT DAN KEDUDUKANNYA)

BAB 1

TAUHID (HAKEKAT DAN KEDUDUKANNYA)

Firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :

]وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون[ِ (الذريات:56)

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah() kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat, 56).

]وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوت[(النحل: من الآية:36)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Alloh (saja) dan jauhilah thoghut([2]).” (QS. An Nahl, 36).

]وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا[

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al Isra’, 23-24).

]قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَلاَ تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلاَّ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لاَ نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ[

“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Alloh (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan penuhilah janji Alloh. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu ingat. Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am, 151-153).

Ibnu Mas’ud RadhiAllohu’anhu berkata : “Barang siapa yang ingin melihat wasiat Muhammad ShallAllohu’alaihi wa Sallam yang tertera di atasnya cincin stempel milik beliau, maka supaya membaca firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala : “Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya, dan “Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kalian ikuti jalan-jalan yang lain.()

Mu’adz bin Jabal RadhiAllohu’anhu berkata :

كنت رديف النبي على حمار، فقال لي :” يا معاذ، أتدري ما حق الله على العباد، وما حق العباد على الله ؟ قلت : الله ورسوله أعلم، قال : حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا، وحق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئا، قلت : يا رسول الله، أفلا أبشر الناس ؟ قال : ” لا تبشرهم فيتكلوا “.

“Aku pernah diboncengkan Nabi ShallAllohu’alaihi wa Sallam di atas keledai, kemudian beliau berkata kepadaku : “ wahai muadz, tahukah kamu apakah hak Alloh yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Alloh?, Aku menjawab : “Alloh dan RasulNya yang lebih mengetahui”, kemudian beliau bersabda : “Hak Alloh yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Alloh ialah bahwa Alloh tidak akan menyiksa orang orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya : ya Rasululloh, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?, beliau menjawab : “Jangan engkau lakukan itu, karena Khawatir mereka nanti bersikap pasrah” (HR. Bukhari, Muslim).

Pelajaran penting yang terkandung dalam bab ini :

  1. Hikmah diciptakannya jin dan manusia oleh Alloh Ta’ala.

  2. Ibadah adalah hakekat (tauhid), sebab pertentangan yang terjadi antara Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam dengan kaumnya adalah dalam masalah tauhid ini.

  3. Barang siapa yang belum merealisasikan tauhid ini dalam hidupnya, maka ia belum beribadah (menghamba) kepada Alloh Tabaroka waSubhanahu wa Ta’ala inilah sebenarnya makna firman Alloh :

]ولا أنتم عابدون ما أعب[

“Dan sekali-kali kamu sekalian bukanlah penyembah (Tuhan) yang aku sembah” (QS. Al Kafirun, 3)

  1. Hikmah diutusnya para Rasul [adalah untuk menyeru kepada tauhid, dan melarang kemusyrikan].

  2. Misi diutusnya para Rasul itu untuk seluruh umat.

  3. Ajaran para Nabi adalah satu, yaitu tauhid [mengesakan Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala saja].

  4. Masalah yang sangat penting adalah : bahwa ibadah kepada Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala tidak akan terealisasi dengan benar kecuali dengan adanya pengingkaran terhadap thoghut.

Dan inilah maksud dari firman Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :

]فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى[

“Barang siapa yang mengingkari thoghut dan beriman kepada Alloh, maka ia benar benar telah berpegang teguh kepada tali yang paling kuat” (QS. Al Baqarah, 256).

  1. Pengertian thoghut bersifat umum, mencakup semua yang diagungkan selain Alloh.

  2. Ketiga ayat muhkamat yang terdapat dalam surat Al An’am menurut para ulama terdahulu penting kedudukannya, didalamnya ada 10 pelajaran penting, yang pertama adalah larangan berbuat kemusyrikan.

  3. Ayat-ayat muhkamat yang terdapat dalam surat Al Isra' mengandung 18 masalah, dimulai dengan firman Alloh :

]لا تجعل مع الله إلها آخر فتقعد مذموما مخذولا[

“Janganlah kamu menjadikan bersama Alloh sesembahan yang lain, agar kamu tidak menjadi terhina lagi tercela” (QS. Al Isra’, 22).

Dan diakhiri dengan firmanNya :

]ولا تجعل مع الله إلها آخر فتلقى في جهنم ملوما مدحورا[

“Dan janganlah kamu menjadikan bersama Alloh sesembahan yang lain, sehingga kamu (nantinya) dicampakkan kedalam neraka jahannam dalam keadaan tercela, dijauhkan (dari rahmat Alloh)” (QS. Al Isra’, 39).

Dan Alloh mengingatkan kita pula tentang pentingnya masalah ini, dengan firmanNya:

]ذلك مما أوحى إليك ربك من الحكمة[

“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu” (QS. Al Isra’, 39).

  1. Satu ayat yang terdapat dalam surat An Nisa’, disebutkan didalamnya 10 hak, yang pertama Alloh memulainya dengan firmanNya:

] واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئا [

“Beribadahlah kamu sekalian kepada Alloh (saja), dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun.” (QS. An Nisa’, 36).

  1. Perlu diingat wasiat Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam di saat akhir hayat beliau.

  2. Mengetahui hak-hak Alloh yang wajib kita laksanakan.

  3. Mengetahui hak-hak hamba yang pasti akan dipenuhi oleh Alloh apabila mereka melaksanakannya.

  4. Masalah ini tidak diketahui oleh sebagian besar para sahabat([4]).

  5. Boleh merahasiakan ilmu pengetahuan untuk maslahah.

  6. Dianjurkan untuk menyampaikan berita yang menggembirakan kepada sesama muslim.

  7. Rasululloh ShallAllohu’alaihi wasallam merasa khawatir terhadap sikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Alloh.

  8. Jawaban orang yang ditanya, sedangkan dia tidak mengetahui adalah : “Alloh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.

  9. Diperbolehkan memberikan ilmu kepada orang tertentu saja, tanpa yang lain.

  10. Kerendahan hati Rasululloh, sehingga beliau hanya naik keledai, serta mau memboncengkan salah seorang dari sahabatnya.

  11. Boleh memboncengkan seseorang diatas binatang, jika memang binatang itu kuat.

  12. Keutamaan Muadz bin Jabal..




  13. ([1]) Ibadah ialah penghambaan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan mentaati segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan inilah hakekat agama Islam, karena Islam maknanya ialah penyerahan diri kepada Alloh semata, yang disertai dengan kepatuhan mutlak kepada-Nya, dengan penuh rasa rendah diri dan cinta.

    Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin, yang dicintai dan diridhoi oleh Alloh. Dan suatu amal akan diterima oleh Alloh sebagai ibadah apabila diniati dengan ikhlas karena Alloh semata dan mengikuti tuntunan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    ([2]) Thoghut ialah : setiap yang diagungkan selain Alloh dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi, baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia ataupun setan. Menjauhi thoghut berarti mengingkarinya, tidak menyembah dan memujanya, dalam bentuk dan cara apapun.

    ([3]) Atsar ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abi Hatim.

    ([4]) Tidak diketahui oleh sebagian besar para sahabat, karena Rasululloh menyuruh Muadz agar tidak memberitahukannya kepada meraka, dengan alasan beliau khawatir kalau mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri kepada keluasan rahmat Alloh. Sehingga tidak mau berlomba lomba dalam mengerjakan amal sholeh. Maka Mu’adz pun tidak memberitahukan masalah tersebut, kecuali di akhir hayatnya dengan rasa berdosa. Oleh sebab itu, di masa hidup Mu’adz masalah ini tidak diketahui oleh kebanyakan sahabat.

KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA

BAB 2
KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA

Firman Alloh Subhanahu waSubhanahu wa Ta’ala :

]الذين آمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون[

“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai keimanan() mereka dengan kedzoliman (kemusyrikan)([2]) mereka itulah orang-orang yang mendapat ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang mendapat jalan hidayah”, (QS. Al An’am, 82).

Ubadah bin Shomit RadhiAllohu’anhu menuturkan : Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :

” من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله، وأن عيسى عبد الله ورسوله، وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه والجنة حق والنار حق أدخله الله الجنة على ما كان من العمل ” أخرجاه

“Barang siapa yang bersyahadat([3]) bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Alloh saja, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan RasulNya, dan bahwa Isa adalah hamba dan RasulNya, dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari padaNya, dan surga itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Alloh pasti memasukkanya ke dalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya”. (HR. Bukhori & Muslim)

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula hadits dari Itban RadhiAllohu’anhu bahwa Rasululloh bersabda :

” فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله “

“Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengucapkanلا إله إلا الله dengan ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah Alloh”.

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RadhiAllohu’anhu bahwa Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :

” قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله ” (رواه ابن حبان والحاكم وصححه).

“Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingatMu dan berdoa kepadaMu”, Alloh berfirman :”Ucapkan hai Musaلا إله إلا الله ”, Musa berkata : “Ya Rabb, semua hambaMu mengucapkan itu”, Alloh menjawab :” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimatلا إله إلا الله diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimatلا إله إلا الله lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban, dan Imam Hakim sekaligus menshohehkannya).

Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik RadhiAllohu’anhu ia berkata aku mendengar Rasululloh ShallAllohu’alaihi wa Sallam bersabda :

” قال الله تعالى : يا ابن آدم، لو أتيتني بقراب الأرض خطايا، ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا، لأتيتك بقرابها مغفرة “

“Alloh Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Hai anak Adam, jika engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa sejagat raya, dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatupun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”.

Kandungan bab ini :

  1. Luasnya karunia Alloh.

  2. Besarnya pahala tauhid di sisi Alloh.

  3. Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.

  4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al An’am.

  5. Perhatikan kelima masalah yang ada dalam hadits Ubadah.

  6. Jika anda memadukan antara hadits Ubadah, hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan jelas bagi anda pengertian kalimat لا إله إلا الله, juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena hawa nafsunya.

  7. Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan dalam hadits Itban, (yaitu ikhlas semata-mata karena Alloh, dan tidak menyekutukanNya).

  8. Para Nabi pun perlu diingatkan akan keistimewaan لا إله إلا الله .

  9. Penjelasan bahwa kalimatلا إله إلا الله berat timbangannya mengungguli berat timbangan seluruh makhluk, padahal banyak orang yang mengucapkan kalimat tersebut.

  10. Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti halnya langit.

  11. Langit dan bumi itu ada penghuninya.

  12. Menetapkan sifat sifat Alloh apa adanya, berbeda dengan pendapat Asy’ariyah ([4]).

  13. Jika anda memahami hadits Anas, maka anda akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada dalam hadits Itban : “Sesungguhnya Alloh mengharamkan masuk neraka bagi orang-orang yang mengucapkan لا إله إلا الله dengan penuh ikhlas karena Alloh, dan tidak menyekutukanNya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatupun, bukan hanya mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.

  14. Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama hamba Alloh dan RasulNya.

  15. Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai Kalimat Alloh([5]).

  16. Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh diantara ruh-ruh yang diciptakan Alloh.

  17. Mengetahui keistimewaan iman kepada kebenaran adanya surga dan neraka.

  18. Memahami sabda Rasul : “betapapun amal yang telah dikerjakannya”.

  19. Mengetahui bahwa timbangan itu mempunyai dua daun.

  20. Mengetahui kebenaran adanya wajah bagi Alloh.



([1]) Iman ialah : ucapan hati dan lisan yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Alloh, dan dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah Rasululloh.

([2]) Syirik disebut kezholiman karena syirik adalah menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.

([3]) Syahadat ialah : persaksian dengan hati dan lisan, dengan mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya, baik lahir maupun batin.

([4]) Asy’ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260 – 324 H = 874 – 936 M). Dan maksud penulis di sini ialah menetapkan sifat-sifat Alloh sebagaimana yang disebutkan dalam Al qur’an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Alloh, mengikuti cara yang diamalkan kaum terdahulu sholeh dalam masalah ini, yaitu : mengimani kebesaran sifat-sifat Alloh yang dituturkan Al qur’an dan As sunnah tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy’ariyah, sebagian mereka ada yang menta’wilkannya (menafsirinya dengan makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya) dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita’wilkan bisa menimbulkan tasybih (penyerupaan) Alloh dengan makhlukNya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan berpegang teguh dengan madzhab terdahulu sholeh, sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di akhir hidupnya, yaitu Al Ibanah ‘an ushulid diyanah (editor : Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul bayan, 1401 H) bahkan dalam karyanya ini beliau mengkritik dan menyanggah tindakan ta’wil yang dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari madzhab terdahulu.

([5]) Kalimat Alloh maksudnya bahwa Nabi Isa itu diciptakan Alloh dengan firmanNya “Kun” (jadilah) yang disampaikanNya kepada Maryam melalui malaikat Jibril.

Senin, 17 Mei 2010

Hak Allah atas Hambanya

Ambillah Aqidahmu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (1): Hak Allah atas Hambanya

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu

Muqoddimah

بسم ا لله الر حمن ا لر حيم

Segala puji hanya bagi Allah ‘azza wa jalla tempat memuji, minta pertolongan dan mohon ampun. Kita berlindung dari kejahatan hawa nafsu dan kejelekan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.


Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Tulisan yang ada di tangan pembaca ini saya susun dalam bentuk tanya jawab yang didasari dengan dalil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan harapan akan memantapkan pembaca dalam memperoleh jawaban yang benar dalam ‘aqidah, sebab ‘Aqidah Tauhid merupakan dasar kebahagiaan menusia di dunia maupun di akhirat.

Saya memohon kepada Allah agar risalah ini bermanfaat kaum muslimin menjadikannya amalan yang ikhlas karena Allah.

Muhammad bin Jamil Zainu

Bab 1: Hak Allah Atas Hamba-Nya

Soal 1:

Mengapa dan untuk apa Allah menciptakan kita?

Jawab 1:

Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. Berdasarkan firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Terj. Adz-Dzariyat: 56)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

حق الله على العباد أن ي عبدوه ولا يشركوا به شيئا

Artinya: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah supaya hamba itu beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim).

-

Soal 2:

Apakah ibadah itu?

Jawab 2:

Ibadah adalah kata atau istilah yang meliputi semua perkara yang dicintai oleh Allah, baik perkataan maupun perbuatan (lahir dan batin), seperti berdo’a, shalat, menyembelih hewan (kurban) dan sebagainya. Allah berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Pencipta alam semesta ini.” (Al-An’am: 162)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

و ما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افتر ضته عليه

Artinya: “Tidaklah mendekatkan diri hamba-Ku kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepada-Nya.” (Hadits Qudsi riwayat Bukhari)

-

Soal 3:

Bagaimana kita beribadah kepada Allah ?

Jawab 3:

Beribadah kepada Allah adalah sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan janganlah kalian rusak amalan kalian!” (Terj. Muhammad: 33)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

Artinya: “Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (Hadits shohih riwayat Muslim).

-

Soal 4:

Haruskah kita beribadah kepada Allah dengan rasa takut dan harap?

Jawab 4:

Ya, demikianlah kita beribadah kepada-Nya sebagaimana Allah mensifati orang-orang mukmin:

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعاً

Artinya: “Mereka berdo’a kepada Allah dengan rasa takut dan harap.” (Terj. As-Sajdah: 16)

Dan sabda Rasulullah:

أسأل الله الجنة و أعوذ به من النار

Artinya: “Aku memohon surga kepada Allah dan aku berlindung kepada-Nya dari neraka.” (Hadits shohih riwayat Abu Dawud).

-

Soal 5:

Apa yang dimaksud ihsan dalam beribadah?

Jawab 5:

Al-Ihsan adalah meyakini bahwa dirinya senantiasa diawasi oleh Allah dalam beribadah. Allah berfirman:

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين

Artinya: “Dialah yang melihatmu ketika kami berdiri (untuk sholat) dan (melihat pula) perubahan gerak-gerik badanmu diantara orang-orang yang sujud.” (Terj. Asy-Syu’ara: 218-219)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ألإحسان أن تعبد الله مأنك تراه فان لم تكن تراه فانه يراك

Artinya: “Ihsan itu adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

-bersambung insya Allah-

Macam-Macam Tauhid dan Faedahnya

Ambillah Aqidahmu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (2): Macam-Macam Tauhid dan Faedahnya

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu

Soal 1:

Apa maksud Allah mengutus para Rasul?

Jawab 1:

Allah mengutus para Rasul supaya mereka berda’wah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi syirik, sebagaimana firman Allah:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ

Artinya: “Dan sungguh telah kami utus kepada setiap umat itu seorang rasul (agar menyeru kepada umat-nya): Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut.” (Terj. An-Nahl: 36)


Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ألأنبياء إخوة …… ودينهم واحد {حديث صحيح متفق عليه

Artinya: “Para Nabi itu bersaudara dan dien mereka satu.” (Hadits shohih riwayat Bukhori)

-

Soal 2:

Apa yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyah?

Jawab 2:

Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam seluruh perbuatan-Nya seperti menciptakan, memelihara dan sebagainya. Allah berfirman:

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.” (Terj. Al-Fatihah: 2)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أنت رب اسموات ولأرض

Artinya: “Engkaulah Rabb langit dan bumi.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

-

Soal 3:

Apa yang dimaksud Tauhid Uluhiyah?

Jawab 3:

Tauhid Uluhiyah adalah mentauhidkan Allah dalam beribadah seperti berdo’a, menyembelih kurban, bernadzar dan sebagainya. Allah berfirman:

وَإِلَـهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

Artinya: “Dan Ilahmu itu adalah ilah yang satu, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang.” (Terj. Al-Baqarah: 163)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

فليكن أول ماتدعوهم إليه شهادة أن لاإله إلا الله

Artinya: “Maka hendaklah yang pertama kamu serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

Dan dalam riwayat Bukhari:

إلي أن يواحدوا الله

Artinya: “Sampai mereka mentauhidkan Allah.”

-

Soal 4:

Apa yang dimaksud dengan Tauhid Asma’ wa Shifatillah?

Jawab 4:

Tauhid Asma’ dan Sifat adalah menetapkan semua sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sebagaimana Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati-Nya dalam hadits shohih sesuai dengan hakekatnya tanpa ta’wil, tafwidh, tamtsil, dan tanpa ta’thil (*), seperti istiwa’, turun (ke langit dunia), dan lain-lain yang menuju pada kesempurnaan-Nya.

Allah berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia, sedang Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Terj. Asy-Syura: 11)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ينزل الله في كل ليلة في سماء الدنيا

Artinya: “Allah turun ke langit dunia pada setiap malam.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

Maksudnya, turunnya Allah itu sesuai dengan kemuliaan-Nya, tidak menyerupai turunnya salah satu dari makhluk-Nya.

(*)

1. Ta’wil di sini yang dimaksud sesungguhnya adalah tahriif. Ahlul bid’ah sengaja menyebut diri mereka ahli ta’wil untuk melariskan kebid’ahan mereka. Padahal pada hakekatnya semua itu adalah tahriif. Arti tahriif adalah merubah lafazh (teks) dan makna (pengertian) nama-nama atau sifat-sifat Allah, seperti pernyataan golongan Jahmiyah (pengikut Jahm bin Sofwan) mengenai Istawa yang mereka ubah menjadi Istawla (menguasai), dan sebagian ahli bid’ah lain yang menyatakan arti al-ghadhab (marah) bagi Allah adalah kehendak untuk menyiksa, dan makna ar-rahmah adalah kehendak memberi nikmat. Semua ini adalah tahriif. Yang pertama tahriif lafzhi (tekstual) dan yang berikutnya adalah tahriif secara makna.

2. Tafwidh artinya menyandarkan makna atau interpretasi dari kalimat-kalimat yang menunjukkan nama dan sifat Allah Ta’ala kepada Allah. Misalnya, kalimat يذ الله (tangan Allah), yang mengetahui maknanya adalah Allah. Pernyataan ini adalah ucapan ahlul bid’ah yang paling buruk. Tidak ada satupun salafus shaleh yang berbuat demikian. Bahkan seperti yang ditegaskan oleh Imam Malik ketika ditanya, bagaimana istiwa’ itu? Beliau menjawab, istiwa’ sudah kita ketahui maknanya, al-kaifu (bagaimana hakekatnya) tidak dikenal, beriman bahwa Allah istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy hukumnya wajib. Mempertanyakan bagaimana (hakekat bentuknya) adalah bid’ah.

3. Tamtsil artinya menyerupakan atau menyamakan. Maksudnya menetapkan adanya sifat-sifat Allah dan menyatakan sifa-sifat itu sama dengan sifat makhluk-Nya. Sedangkan prinsip Ahlus Sunnah dalam menyatakan bahwa Zat Allah tidak sama seperti zat kita atau mirip zat kita dan seterusnya. Begitupula dengan sifat-Nya. Ahlus Sunnah tidak mengatakan bahwa sifat Allah seperti sifat yang ada pada kita. Kita tidak akan mengatakan tangan-Nya seperti tangan kita, kaki-Nya seperti kaki kita dan seterusnya. Namun wajib atas setiap mu’min untuk tetap berpedoman dengan firman Allah:

ليس كمثله شي ء

Artinya: “Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya.” (Terj. Asy-Syura: 11)

Dan:

هل تعلم له سميا

Artinya: “Adakah kamu tahu ada yang sama dengan-Nya?” (Terj. Maryam: 65)

Adapun maksud kedua ayat ini adalah bahwasanya tidak ada satupun yang menyerupai dan menyamai-Nya.

4. Ta’thil artinya meniadakan dan menghapus atau mengingkari semua sifat dari Allah. Jahmiyah dan orang-orang yang mengikutinya melakukan hal ini. Karena itulah mereka dinamakan juga Mu’aththilah (pelaku ta’thil). Pendapat mereka ini sangat jelas kebaitlannya. Tidak mungkin di dunia ini ada satu zat yang tidak mempunyai sifat. Al-Qur’an dan As-Sunnah menyebutkan adanya sifat-sifat Allah itu dan sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

5. Kami tambahkan di sini satu prinsip lagi yang belum disebutkan Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu yaitu At-Takyiif yang artinya mempertanyakan ‘bagaimana bentuk hakekat’ sifat Allah yang sesungguhnya. Maka diantara prinsip Ahlus Sunnah dalam masalah sifat ini adalah tidak mempertanyakan: Bagaimana istawa’ Allah, bagaimana tangan-Nya, bagaimana wajah-Nya? Dan seterusnya. Karena membicarakan sifat itu sama halnya dengan membicarakan zat. Sehingga, sebagaimana Allah mempunyai Zat yang tidak kita ketahui hakekat bentuknya, maka demikian pula sifat-sifat-Nya, kita tidak mengetahui bagaimana hakekat dan bentuk atau wujud sifat itu sesungguhnya. Dan juga karena tidak ada yang mengetahui hal itu kecuali Allah, maka semua itu harus diiringi pula dengan keimanan kita terhadap hakekat maknanya. (Maksudnya, arti kata dari sifat itu kita ketahui tapi hakekat bentuk atau wujudnya seperti apa kita tidak tahu, wallahu a’lam -ed).

-

Soal 5:

Dimana Allah?

Jawab 5:

Allah itu tinggi di atas ‘Arsy di atas langit. Firman Allah:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

Artinya: “Ar-Rahman (yang Maha Pengasih) yang tinggi di atas ‘Arsy.” (Terj. Thaaha: 5)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إن الله كتبا …… فهو عنده فوق العرش

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menuliskan takdir, dan kitab catatan takdir itu ada di sisi-Nya di atas ‘Arsy.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

-

Soal 6:

Apakah Allah bersama kita?

Jawab 6:

(Ya). Allah bersama kita dengan pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan ilmu-Nya (**), seperti firman Allah:

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

Artinya: “Janganlah kamu berdua takut, karena sesungguhnya Aku bersama kamu berdua (Musa dan Harun) sedangkan aku mendengar dan melihat.” (Terj. Thaha: 46)

Dan sabda Rasulullah:

إنكم تدعون سميعا قريبا وهو معكم )أي بعلمه(

Artinya: “Sesungguhnya kalian berdo’a kepada yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia senantiasa bersama kalian (yakni, dengan ilmu-Nya).” (Hadits riwayat Muslim)

(**)

Maksudnya di sini, Allah mendengar semua pembicaraan (rahasia maupun terang-terangan), melihat dan mengetahui semua tindak tanduk hamba-hamba-Nya, wallahu a’lam.

-

Soal 7:

Apa faedah tauhid?

Jawab 7:

Faedah tauhid adalah untuk memperoleh keamanan dan keselamatan dari siksa di akhirat, mendapatkan hidayah (petunjuk) Allah di dunia dan menutup atau menghapus dosa-dosa.

Firman Allah:

الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Terj. Al-An’am: 82)

“Kezaliman” yang dimaksud dalam ayat ini adalah kesyirikan. (***)

(***)

Sebagaimana disebutkan dalam shahih dari Ibnu Mas’ud ketika dibacakan ayat ini, mereka mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapa dari mereka yang selamat dari kezhaliman? Tapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

ليس كما تقولون ، ألم تسمعوا قول لقمان

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

حق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيأ

Artinya: “Hak hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

-bersambung insya Allah-

Syarat-Syarat Diterimanya Amal

Ambillah Aqidahmu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (3): Syarat-Syarat Diterimanya Amal

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu

Soal 1:

Apa syarat-syarat diterimanya amal?

Jawab 1:

Syarat diterimanya suatu amal di sisi Allah ada tiga, yaitu:

1. Beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya.

Firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka surga Firdaus menjadi tempat tinggalnya.” (Terj. Al-Kahfi: 107)


Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قل آمنت بالله ثم استقم

Artinya: “Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian tetaplah istiqomah (teguh di atas al-haq).” (Hadits riwayat Muslim)

2. Ikhlas, yaitu beramal karena Allah bukan karena ingin dilihat atau didengar orang lain.

Allah berfirman:

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ

Artinya: “Beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Terj. Az-Zumar: 2)

3. Sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا

Artinya: “Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Terj. Al-Hasyr: 7)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

Artinya: “Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (Hadits shohih riwayat Muslim)

-bersambung insya Allah-

Minggu, 16 Mei 2010

Syirik Akbar

Ambillah Aqidahmu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah (4): Syirik Akbar

Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu

Soal 1:
Apa dosa yang paling besar di sisi Allah?

Jawab 1:

Dosa yang paling besar adalah syirik kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan (syirik) kepada Allah dan sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang paling besar.” (Terj. Luqman: 13)

Dan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya:

أي الذنب أعظم? قال أن تجعل لله ندا وهو خلقكز

Artinya: “Dosa apa yang palng besar? Beliau berkata: (Yaitu) kamu mengadakan tandingan bagi Allah padahal Dialah yang telah menciptakanmu.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

Kata نِدًّا (tandingan) pada hadits tersebut bermakna “sekutu”.

Soal 2:
Apakah syirik akbar itu?

Jawab 2:
Syirik Akbar (besar) adalah beribadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, meminta berkah (keberuntungan, syafa’at, perlindungan dan lain-lain) kepada orang yang mati atau masih hidup tapi tidak berada di tempat orang yang meminta (tidak ada di dekatnya).

Firman Allah:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً 

Artinya: “Beribadahlah kepada Allah dan jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apapun.” (Terj. An-Nisa’: 36)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من أكبر الكبائر الشرك بالله

Artinya: “Diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah berbuat syirik kepada Allah.” (Hadits riwayat Bukhari)

Soal 3:
Apakah syirik itu bercokol pada umat sekarang ini?

Jawab 3:
Benar, dalilnya adalah firman Allah:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ

Artinya: “Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka dalam keadaan berbuat syirik.” (Terj. Yusuf: 106)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من أمتي بالمشركين، و حتى تعبد الأوثان

Artinya: “Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan ikut menyembah berhala.” (Hadits shohih riwayat Tirmidzi)

Soal 4:
Apa hukum berdo’a kepada orang yang mati atau ghaib?

Jawab 4:
Berdo’a kepada orang yang mati atau ghaib itu termasuk syirik akbar, sebagaimana firman Allah:

وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ

Artinya: “Dan janganlah kamu berdo’a kepada selain Allah sesuatu yang tidak memberimu manfaat dan memberimu madharat; sebab jika kamu melakukan (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (Terj. Yunus: 106)

Yang dimaksud الظَّالِمِينَ (orang-orang yang zhalim) dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang musyrik.
Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار

Artinya: “Barangsiapa yang mati sedang dia menyeru atau berdo’a kepada tandingan selain Allah, pasti dia masuk neraka.” (hadits shohih riwayat Bukhari)

Soal 5:
Apakah do’a itu ibadah?

Jawab 5:
Ya, do’a itu ibadah, sebagaimana firman Allah:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Berdo’alah kepada-Ku akan kupenuhi permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (Terj. Ghafir: 60)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

الدعاء هو العبادة

Artinya: “Do’a itu ibadah.” (Hadits shohih riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits tersebut hasan shohih)

Soal 6:
Apakah orang mati itu bisa mendengarkan do’a?

Jawab 6:
Mereka tidak bisa mendengar, dalilnya firman Allah:

إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ

Artinya: “Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar.” (Terj. An-Naml: 80)

وَمَا أَنتَ بِمُسْمِعٍ مَّن فِي الْقُبُورِ

Artinya: “Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Terj. Faathir: 22)